Lapor Pak Bupati ! Parit Isolasi PTPN IV Ancam Jiwa Siswa dan Gedung SDN 094121 Huta Parik

    Lapor Pak Bupati ! Parit Isolasi PTPN IV Ancam Jiwa Siswa dan Gedung SDN 094121 Huta Parik
    Parit Isolasi PTPN IV Unit Kebun Tinjowan Berada Tepat di Belakang Bangunan SDN 094121 Huta Parik, Nagori Sei Merbau, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun

    SIMALUNGUN - Kalangan masyarakat, terlebih para wali murid, kembali menyoal kebijakan manajemen PTPN IV Unit Kebun Tinjowan yang dianggap meresahkan atas penggalian parit isolasi di areal HGUnya berdampingan dengan gedung Sekolah Dasar Negeri 094121 Huta Parik.

    Informasi diperoleh, dari warga yang menyebutkan, penggalian itu persis di belakang gedung SDN 094121, Afdeling 2, Huta IV, Kampung Baru, Nagori Sei Merbau, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, Sabtu (04/06/2022) sekira pukul 20.42 WIB.

    Menurut warga yang juga wali murid T Sinambela menyebutkan, sangat mengkhawatirkan keselamatan anak didik disebabkan pihak Manajemen PTPN IV Unit Kebun Tinjowan menggali tanah berukuran sepanjang tapal batas HGU dengan lebar 3 meter dan kedalamannya 3 meter.

    "Terkait perusahaan perkebunan berstatus BUMN itu, melalui pihak rekanannya tanpa bersosialisasi melakukan penggalian tanah berjarak 3 meter dari bangunan sekolah, " kata T Sinambela ditemui di lokasi gedung Sekolah Dasar Negeri 094121 Huta Parik.

    Selain itu, pria penggiat dan pemerhati sosial masyarakat di wilayah Kecamatan Ujung Padang itu menyatakan, prilaku dan sikap pejabat setingkat Manajer, Asisten Kepala serta Asisten Personalia Kebun di PTPN IV Unit Kebun Tinjowan, terkesan tidak peduli kekhawatiran para wali murid.

    "Digalinya tanah itu, untuk mengatasi gangguan keamanan yakni aksi pencurian aset perusahaan, gangguan hewan ternak dan investasi tanaman ulang serta seiring sejalan mengancam nyawa anak kami, " ketusnya.

    Lebih lanjut, Ia mengatakan, kepada perangkat pemerintahan Nagori Sei Merbau telah disampaikan, tetapi tidak ditanggapi dan Ia mendesak agar Pemerintah bersama DPRD Kabupaten Simalungun segera menindaklanjuti permasalahan galian parit isolasi itu.

    "Kepada Pangulu Lasimin sudah disampaikan kecemasan kami ini, tetapi tidak direspon. Mohon kepada Bapak Bupati dan Bapak Ketua DPRD Kabupaten Simalungun mengambil sikap atas keluhan kami selaku wali murid, " tegas T Sinambela.

    Sementara, R boru Purba salah seorang guru mengatakan, pihaknya sama sekali tidak pernah menerima pemberitahuan terkait penggalian tanah dari pihak PTPN IV Kebun Tinjowan dan mengungkapkan, air resapan dari areal perkebunan kerap meluap, mengakibatkan wilayah itu kebanjiran.

    "Kami tidak menerima pemberitahuan soal penggalian tanah, tetapi yang kami ketahui parit itu merupakan ancaman bagi anak didik kami, sekaligus gedung rawan ambruk akibat longsor, akibat banjir air resapan, " sebut R boru Purba saat dihubungi melalui selularnya.

    Terpisah, Manajer Unit Kebun Tinjowan Khoiruddin Lubis melalui Askep T Ginting dihubungi melalui pesan percakapan selularnya, perihal penyampaian kekhawatiran warga terhadap keselamatan jiwa anak didik SDN 094121 terkait pembuatan parit isolasi.

    Namun, konfirmasi melalui pesan percakapan selularnya tidak direspon dan sangat disesalkan, atas sikapnya terkesan enggan menanggapi serta tidak mencerminkan pemimpin yang memiliki Ahklak sesuai semboyan Kementerian BUMN RI.

    Sementara, Pangulu Nagori Sei Merbau Lasimin terkait keluhan warganya soal penggalian parit isolasi di belakang gedung SDN 094121 itu mengancam jiwa anak didik, hingga rilis berita ini dipublikasi belum bersedia menyampaikan tanggapannya.

    sumut simalungun
    Amry Pasaribu

    Amry Pasaribu

    Artikel Sebelumnya

    Musa Rajekshah Sampaikan Duka Cita Atas...

    Artikel Berikutnya

    "Over Capacity" Lapas Kelas IIA Pematang...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    TV Parlemen Live Streaming
    Polri TV: Transparan - Informatif - Terpercaya
    Hendri Kampai: Indonesia Dikuasai Oligarki, Jangan Sampai Rakyat Merasa Dijajah 'Kumpeni' Zaman Now

    Ikuti Kami